Pernah dengar sebuah judul Eiffel I’m In Love?? Rasanya kata-kata itu masih segar di telinga. Atau mungkin pernah juga melihat kekonyolan Mr. Bean?? Sesekali mungkin, Ya.
Tapi, Cerita ini tidak ada hubungannya dengan Eiffel I’m In Love atau pun Mr. Bean. Tapi, kisah ini mengingatkan aku akan dua hal itu.
Apa itu OMT??? Seperti apakah kisahnya?? Kamu bisa membaca cerita ini sambil makan cemilan, sambil minum, sambil duduk, atau sambil tiduran. Tapi, jangan sekali-kali membaca cerita ini sambil menyeberang jalan apalagi saat mendengarkan khutbah jum’at..
Awalnya,
Terjadi prokontra ketika diumumkan bahwa akan di adakan training untuk menyemangati SDM SALAM. Bila sebelum-sebelumnya, setiap SDM secara bergiliran mengikuti training-training motivasi yang semua biayanya ditanggung penuh oleh pihak sekolah. Kali ini, training itu dilakukan dan di kelola oleh pihak Sekolah itu sendiri. Anggap saja seperti kembali ke zaman Ospek sewaktu menjadi mahasiswa baru. Atau MOS untuk siswa baru sekolahan.
OMT, Orientation Motivation Training. Mengapa bisa menjadi prokontra?? Karena, setiap SDM diwajibkan mengikuti kegiatan ini, tanpa ada alasan. Bisa terbayang, bagaimana egoisnya pihak sekolah meminta setiap SDM mengikuti OMT itu tanpa alasan… (itu menurutku…)
Apa mereka tidak memikirkan SDM yang sudah berkeluarga dan memiliki bayi yang masih membutuhkan belaian ibunya atau SDM yang harus mengorbankan kuliah yang mesti ditinggalkan serta alasan-alasan lainnya.
Tapi, pada akhirnya kebijkan pun muncul, sehingga beberapa SDM memang dengan alasan yang syar’i, tidak mengikuti OMT ini, tapi tetap harus mengajukan surat pengajuan yang diberikan langsung kepada direktur yayasan.
OMT 1 dilakukan selama 3 hari di daerah Cimahpar. Aku tidak mengikuti OMT ini, karena giliranku adalah OMT2.
Berbeda dengan OMT1, OMT2 bertemakan JUNGLE SURVIVAL. Tempat yang dipilih pun sesuai dengan konsepnya, yaitu Gunung Bunder, leuwiliang sampai Kawah Ratu, Cidahu Sukabumi.
Awalnya,
Aku pun sempat ragu..
Walau OMT2 hanya diadakan selama 2 hari 1 malam, tapi tetap aku harus meninggalkan 5 mata kuliah pada hari sabtunya. Pokoknya perang batin… terlebih, aku benar-benar akan mengurungkan niat untuk ikut OMT2 bila jadwalnya pas ketika aku UTS. Oh, Noooo… !!
Tapi sepertinya,
Allah memberikan jalan..
OMT2 dilaksanakan dibulan kesebelas hari ke 13 dan 14 nya di tahun yang sama.
Baiklah, aku hanya akan mengorbankan Imiron, Gemon, Dokkai, Kaiwa dan Kanji…
Daijoubu desuyo… !!
Beberapa hari menjelang OMT2, kami di bekali pengarahan dari Pa Arif dkk, tentang apa itu JUNGLE SURVIVAL, hal apa saja yang dibutuhkan selama OMT, pembagian kelompok dan info-info lain. Pertemuan Pra OMT ini dilakukan 3 kali :
Hari pertama Pra OMT, Kamis 4/11/2010
Pada hari ini, Pa Arif selaku PJ OMT2 memberikan banyak info, diantaranya :
Pembagian Kelompok ada 6, 2 kelompok Akhwat dan 4 kelompok Ikhwan
Kelompok 1 (B’ Lina, Ceu Novi, Mba Lia, Mba Ita, Bu Mala dan Yuni)
Kelompok2 (Bu Evi, Aku, B’ Sutin, Miz Desy dan Teh Lani)
Kelompok3 (P’ Ade, Om Dana, P’ Dadi, P’Okwan dan P’ Ojak)
Kelompok4 (P’ Yayang, P’ Andan, P’ Udin dan P’ Wahyu)
Kelompok5 (P’ Soma, P’ Andri, P’ Deni dan P’ Syamsul)
Kelompok6 (P’ Anto, P’Tisna, P’ Engkos, P’ Heri dan P’ Hamdani)
Selain pembagian kelompok, hari itu juga diberitahukan peralatan apa saja yang dibutuhkan:
Ada peralatan Regu:
*untuk berbivak (butuh golok, tali pramuka, flysheet, emergancy lamp, trashbag dll)
[cat. Bivak berarti istirahat. Tempat untuk istirahat saat camping seperti tenda. Entahlah, aku lupa bertanya sama Pa Arif, berasal dari bahasa apa itu??]
*untuk memasak (butuh kompor lapang: kompor kecil yang dibuka dengan menekan kedua sisi sehingga bagian tengahnya bisa terbuka, parafin: bahan bakar sejenis lilin yang berwarna putih dan berbentuk kotak-kotak, misting: perangkat masak berbentuk seperti kotak dan terdapat 3 tempat ada untuk nasi, untuk menggoreng dan untuk memasak air, korek, pisau, jerigen: untuk mengambil air dan menu 4x makan)
Ada juga peralatan pribadi:
(carier bag, baju tidur, baju lapang, baju ganti, sandal, sepatu, baju dalam, rain coat, kaos kaki cadangan, tempat minum, senter, slayer, topi, cermin, sendok, piring, matras, sleeping bed, sarung tangan, kupluk, jaket dan sikat gigi, handuk, odol, sabun, kantong plastik, al qur’an, al ma’surat, snack, alat shalat, p3k pribadi)
[cat. Thx to bay, my beloved fren.. karena dia biasa naik turun gunung sehingga cukup tahu kebutuhan apa saja yang perlu di persiapkan. Berkat sarannya aku membawa pembalut dan masker, dan kamu tahu, ternyata hari pertama OMT, sang bulan datang padaku lebih awal. Yokatta desu, ne!!]
JUNGLE SURVIVAL, berarti:
S: Size Up The Situation
U: Undue Haste Makes Waste
R: Remember Where We Are
V: Vashquis Fear & Panic
I: Improve
V: Value Living
A: Act The Native
L: Learn Basic Skill
Skill yang perlu diperhatikan di antaranya:
Technical Skill : Teknis, berhubungan dengan peralatan
Physical Skill : Kebugaran dengan cara latihan
Environmental Skill : Memahami Lingkungan
Human Skill : Mental
Hari kedua Pra OMT dilakukan hari selasa tanggal 9/11/2010..
Sore itu, kami tidak banyak diberikan teori, tapi langsung praktek dan perkenalan peralatan berbivak. Sore itu juga, kami diberi uang sebesar 160ribu perkelompok untuk jatah 4 x makan disana. Semua pengelolaan di serahkan kepada masing-masing kelompok.
Kelompokku, kelompok dua yang di ketuai oleh Bu Evi, merumuskan beberapa menu.
Menu 1 untuk makan siang (nasi sosis dan buah jeruk) pada kenyataannya bukan jeruk tapi buah pir
Menu 2 untuk makan malam (nasi dendeng dan buah jeruk juga) nyatanya bukan dendeng tapi sardines
Menu 3 untuk sarapan (nasi sardines dan buah pir) aslinya, makan nasi kornet dan tetap jeruk
Menu 4 untuk mkan siang (nasi kentangtri kering dan buah pir) makan siang yang tak kan pernah terlupa.. makan di atas gunung dengan pemandangan kawah ratu yang menyembulkan asap belerangnya sambil diiringi rintikkan hujan.. huft... tapi menyenangkan ^_^
Hari ketiga Pra OMT dilakukan 2 hari sebelum keberangkatan.
Sore itu, giliran praktek memasak dengan menggunakan kompor lapang, parafin dan misting. Kami juga dibekali peralatan untuk berbivak yang di pinjamkan Pa Arif untuk bekal selama OMT.
Setiap kelompok di bekali 1 flysheet, 4 tali pramuka, 2 kompor lapang, misting dan 4 kotak parafin.
Pra OMTnya saja sudah seperti ini, tidak terbayang sama sekali gimana nanti ketika OMTnya??
Secara, aku belum pernah ikut acara kamping naik turun gunung.
Hmmm...
Sebelum OMT, Pa Arif juga meminta kami para Survivor untuk berlatih, setidaknya jogging setiap pagi menjelang OMT , agar otot-otot tidak kaget ketika OMT nanti.
Alhasil, aku dan teman-teman akhwat khususnya, hanya melakukan jogging 2x.
Pagi pertama mengelilingi kebun ilalang 3 putaran
Dan pagi kedua mengelilingi kebun ilalang sebanyak 4 putaran..
Yaaaa lumayan...
Tidak disangka, yang justru bersemangat itu adalah para ibu yang sudah stand by sebelum aku datang.
Aku yang masih sendiri -alias belum menikah-sangat salut, mereka secara tidak langsung telah memotivasi aku untuk OMT ini. Masa iya, mereka yang sudah punya suami dan anak begitu semangat sedangkan aku yang hanya sibuk dengan perkuliahan, kurang bersemangat....!!!
YOSH!!! Aza-Aza Hwaiting CT
Menjelang hari H, aku dan Bee (Rina) membeli segala perlengkapan yang di butuhkan.
Mulai dari Snack, peralatan mandi, sampai-sampai Bee beli kacamata dan rain coat baru.
Kalau aku siy, sudah mempersiapkan itu semua.
Tas aku pinjam dari Handy dan Rain Coat aku pinjam dari T Luly. Sankyu, ne!!
Untuk packing saja, aku menghabiskan waktu sampai tengah malam, padahal sebelumnya aku sudah kurang tidur dan harusnya aku tidur cukup menjelang OMT, tapi apa boleh buat. Semoga aku tidak mengantuk!!
Hari itu akhirnya tiba juga.
Sabtu pagi yang sedikit mendung...
Aku telah siap dengan baju berwarna ungu, dibalut kerudung dengan warna yang sama serta rok kotak-kotak. Untuk pengalaman baru ini, aku memilih jaket PinGku dan sepatu kets jadul, yang bila diperjalanan nanti sudah tidak bisa diselamatkan lagi karena medannya yang cukup berat, maka sampai disitulah perjalanan sepatu ketsku itu.
Memang terlihat seperti tidak punya rasa kasih sayang terhadap benda milik sendiri, tapi paling tidak aku telah membuatnya melakukan perjalanan terakhir yang tak akan pernah terlupakan. Seandainya sepatu usangku itu bisa berbicara, pasti dia juga akan berterima kasih padaku...
Kubawa tas berat itu di punggungku dan aku pun tidak lupa membawa tas kecil.
Aku meminta adikku untuk mengantarkanku ketempat pertemuannya yaitu di MANJABAL, Bantar Jsati, tempatnya cukup dekat dengan Sekolah putih biru dongkerku dulu.
Di tengah perjalanan, aku sempat membeli sarung tangan baru. Satu untukku yang berwarna ungu putih dan satu untuk Bee yang berwarna biru putih.
Terlalu mementingkan penampilan untuk seorang pendaki gunung, deshou??
Pukul setengah 7 lewat sedikit..
Rupanya aku sudah terlambat..
Disana, mereka.. para Survivor tengah berbaris sambil mendengarkan pengarahan.
Aku pun segera menyimpan tas dan langsung masuk barisan.
Rupanya, bukan hanya aku saja..
Tapi masih ada beberapa orang lagi yang belum datang..
Saat itu, Teh Lani, Bu Sutin, Bu Mala dan Yuni juga belum nampak batang hidungnya.
Bahkan Bee, yang saat itu menjadi salah satu pelatih belum juga datang.
Padahal rumahnya tidak jauh dari MANJABAL..
Begitulah, kalau terkena syndrome jarak dekat.
CKckckck....
Saat itu, selain pengarahan dan doa, kami ke 29 Survivor di beri syal berwarna biru dan ada lambang Sekolah Alam Bogor di salah satu ujungnya.
Tapi, kenapa 29? Bukannya seharusnya ada 31 orang...??
Mau bagaimana lagi...
Pa Okwan dan Pa Anto tidak bisa ikut karna suatu alasan.
Hmmm....
2 Mobil Satpol PP yang akan mengantarkan para Survivor menuju Gunung Bunder , Leuwiliang telah siap.
Sementara para pelatih menaiki mobil sekolah. Hmmm bagguuuusss !!!
Aku beserta kelompok 1, 2 dan 3 masuk di mobil Satpol PP pertama.
Naik mobil ini rasanya seperti pedagang yang terkena razia dan berhasil di ciduk petugas..
Rasanya Lucu, membayangkan hal-hal apa saja yang bisa membuat seseorang bisa menaiki mobil seperti itu.
Satu khayalan pun terlintas lagi…
Menaiki mobil ini seperti –mohon maaf- Banci, yang sudah susah payah melarikan diri dari razia, setelah bersembunyi di got, menubruk gerobak tapi akhirnya tertangkap juga.
HMmm… dasar khayalan !!
Mobil itu besarnya tidak jauh berbeda dengan truk. Hanya saja mobil ini mempunyai atap dan ada kursi panjang di samping kanan dan kirinya. Tapi, aku sempat merasa ketakutan sendiri setelah meneliti baik-baik keadaan mobil itu. Lantai aslinya terbuat dari besi yang terdapat banyak lubang dimana-mana dan hanya ditutupi semacam kayu untuk alasnya. Lalu, banyak bekas las dimana-mana. Bagian atap juga berlubang, sehingga ketika berangkat dengan cuaca yang gerimis, tetesan air kerap terjatuh. Selama perjalanan mobil ini mengeluarkan suara yang mengerikan. Rasanya seperti mesin penghancur..
Seram sekali bila di bayangkan !!
Tapi, akhirnya, mobil itu berhasil membawa kami ke Gunung Bunder dengan selamat.
Di dalam mobil sebelah kanan posisi duduk mulai dari pojok dekat sopir adalah Bu Lina, Mba Liana, Teh Novi, Miz Desy, Mba Ita, Om Dana dan Pa Ojak
Sebelah kirinya ada Bu Evi, Teh Lani, Bu Sutin, Aku, Bu Mala, Yuni, Pa Ade dan Pa Dadi
Selama perjalanan itu pula, kami tidak berhenti tertawa dan bercanda.
Ada saja hal yang lucu untuk di bicarakan.
Mulai dari kisah ibu yang melahirkan, pengalaman ibu-ibu yang akan melahirkan (kalau 2 hal ini, wajar saja.. secara yang ikut rata-rata ibu-ibu yang sudah beranak. Yuukk !!!)
Kami juga membayangkan kemungkinan-kemungkinan apa saja yang akan para pelatih lakukan terhadap ke 29 Survivor…
Pokoknya, kami lepaskan semua tawa selama perjalanan itu, karena siapa tahu saat OMT nanti, kami tidak bisa ketawa lagi. HUhhhfffttzzz… nyatanya tidak. Tawa selama perjalanan itu hanyalah prolog..
OMT adalah ajang Tertawa yang sesungguhnya…
Bukan maksud mencela acara OMTnya, tapi nyatanya saat OMT berlangsung, hampir selalu ada hal konyol yang dilakukan atau di ucapkan setiap Survivor yang akhirnya bukan hanya membuat para peserta lain terpingkal-pingkal, tapi para pelatih juga tidak sedikit yang menahan tawa, bahkan kelepasan tertawa v[^o^]/
Selain para pelatih dari SALAM, seperti Pelatih Arif, Pelatih Yasir, Pelatih Ria, Pelatih Mama Oby or Pelatih Dewi, Pelatih Rina (Bee) dan pelatih yang menyusul adalah Pelatih Husnan dan Pelatih Irna, kami juga di beri arahan dari Para Pelatih Wanadri, diantaranya ada Pelatih Eka, Pelatih Agus, Pelatih Dadan, Pelatih Karis dan Pelatih Kuncir alias Pelatih Bambang (Aku mendengar saat perjalanan pulang kalau Mama Oby memanggilnya pelatih Kuncir karena rambutnya yang di kuncir).
Hmmm.. kalau boleh protes, hanya para pesertalah yang memakai name tag, sedang para pelatih tidak sama sekali… bagaimana pun ini tidak adil (Lho ??!!)
Setelah upacara pembukaan OMT serta dipilihnya DanLas alias KOMANDAN KELAS pertama yaitu Pa Andan, kami di di perlihatkan bivak dan cara pembuatannya, setelah itu kami di beri waktu sekitar satu sampai 2 jam untuk membuat bivak. Setiap kelompok telah di tetapkan posisi bivak masing-masing. Aku sedikit iri begitu mengetahui jarak bivak kelompok pertama dengan bivak panitia cukup dekat, sedangkan tempat bivak kelompok 2 berada ditengah-tengah lahan dan menyendiri. Aku yang kurang bisa mengatasi rasa takut akan binatang dan hal-hal yang berbau ghaib jadi sedikit merinding. Tapi mau bagaimana lagi…
Saat membuat bivak, tidak banyak hal yang bisa ku lakukan, akhirnya aku memutuskan untuk mencari daun pakis dan pohon honje untuk di jadikan penahan dan penutup bivak. Saat itu, Honje dan Pakis sangat terngiang-ngiang di telingaku. Mungkin ditelinga para peserta lain juga tidak jauh berbeda. Pokoknya saat pembuatan bivak, Honje dan Pakis jadi MOST WANTED.
[cat. Pohon honje seperti pohon bambu, hanya berdiameter lebih kecil dan tidak banyak duri seperti pohon bambu. Daunnya pun cukup pankang dan lebar, tidak seperti daun bambu yang cenderung panjang tapi kecil-kecil. Hmmm.. pernah makan tauge goreng?? Beberapa pedagang masih menggunakan daun untuk membungkusnya, kira-kira seperti itulah daun honje, hanya saja tidak terlalu lebar]
Dengan berbekal pisau cutter untuk memotong pakis dan golok untuk menebang batang honje, aku di temani teh lani dan mis desy secara bergiliran.
Dari pencarian Pakis dan Honje juga, banyak hal yang kami pelajari. Ternyata, batang pakis yang berukuran besar itu terdapat banyak duri, dan apabila batangnya dibakar, akan mengeluarkan bau seperti barbeque sehingga bisa mengundang kucing-kucing besar ke arah terbakarnya batang pakis kering itu. Ikh WOW… baru tahu, aku !! (Thx Pelatih, atas infonya.)
Saat mencari pohon Honje dengan teh Lani, kami sampai menuruni lahan dan disana ternyata ada beberapa peserta ikhwan. Tidak heran bila kelompok ihkwan lebih cepat selesai membuat bivak. Selain tempat bivak mereka dekat dengan lahan pohon Honje dan Pakis, stamina mereka berkali-kali lipat di banding yang akhwat.
Aku dan Teh Lani menandai pohon Honje mana saja yang akan menjadi hak milik kami, tapi ketika seseorang menebangnya, otomatis, kami kaget dan mengomel lalu berkata kalau pohon Honje itu secara tidak langsung telah menjadi hak milik kami, tapi ketika ikhwan tersebut ternyata hanya membantu kami untuk menebang dan langsung menyerahkan batang honje itu kepada kami, aku dan teh Lani kompak tertawa dan malu sendiri.. sampai-sampai teh Lani mengucapkan kata ’So…Sweeeettt !!’ (Pelajaran moral: be positif thinking, pliz!!)
hehehe… dasar akhwat !!
Kalau tidak salah, Ikhwannya itu Pa Udin. Thanks ya Pa Udin..
Oia, aku lupa menyisipkan cerita ketika upacara pembukaan berlangsung, dibuat juga konsekuensi selama OMT. Konsekuensi itu tidak di buat langsung oleh para Pelatih, tapi Pa Arif sebagai perwakilan pelatih melempar langsung kepada kami para Survivor untuk menentukan sendiri konsekuensinya.
Ada seorang ikhwan yang bilang ‘PUSH UP’ !! (Oh, No.. jauhkan aku dari kata-kata itu, plisss..). Ada juga yang bilang Skotjump, bending, bahkan peserta akhwat mengeluarkan ide ‘MIJIT‘ kontan langsung ditolak pelatih. Yang lucunya lagi, Ada Ikhwan yang mengemukakan idenya, bila 2x kesalahan biarkanlah sang Survivor betristighfar saja, bila dia melakukan kesalahan yang ketiga, barulah dia push up. (Ikh WOW.. aku jadi teringat, di salah satu kelas di preskul ada ruang yang namanya pojok istighfar. Kalau hanya beristghfar, buat apa cape-cape ikutan OMT ini??!!)
Ada juga yang complain, kalau konsekuensi push up sebaiknya tidak untuk peserta akhwat, -WOW..begitu perhatiannya ikhwan itu..!!!- (pelajaran moral: Look a round n don’t be selfish)
Makanya, kenapa aku bilang kalau salah satu kisah ini mengingatkanku sama Eiffel I’m In Love..
Disini pun ada.. Gunung Bunder-Kawah Ratu I’m In Love... (hehehe..hanya bercanda)
Finally, setelah berdiskusi, konsekuensi yang akan diberikan untuk peserta Ikhwan adalah “Push Up“ sebanyak 5 atau 10 kali ya??? Aaaa wasurechatta.. aku lupa.
Yang jelas konsekuensi untuk peserta akhwat adalah “Bending“ sebanyak 5kali.
Oia, lagi…
Hampir sama seperti OMT1 bila ingin berkata sesuatu harus ada prosedurnya seperti menyebutkan satu sifat/sikap yang ingin lebih dibangun pada dirinya, lalu menyebutkan nomor, nama baru menyebutkan hal yang ingin dilakukan. Intinya siy, izin.
OMT2 juga tidak jauh berbeda..
Bila di OMT1 memakai kata-kata PEJUANG, di OMT 2 memakai kata SURVIVOR dan sebelumnya harus menyebutkan salah satu sikap diri sendiri yang kurang dan ingin di bangun. Diantara ke empat sikap itu adalah :
1. Fokus dan konsentrasi
2. Sigap Siaga
3. Respect & Trust
4. Kejujuran.
Jadi bila aku ingin sesuatu, aku harus mengatakan hal semisal ini..
‘Fokus dan konsentrasi Survivor 06013, Siti Nurjanah meminta izin untuk ke Toilet’
Yaa.. kira-kira seperti itu…
Aku sangat iba melihat beberapa staf G.A,yang kurang terbiasa bahkan mungkin hampir tidak biasa menggunakan bahasa inggris. Karena, bagaimana pun juga kata SURVIVOR itu, bagi orang yang tidak biasa mengucapkannya akan jadi ribet untuk diucapkan. Ada yang bilang SUPERPESORlah, Ada juga yang bilang SURVIVASORlah, Supervisorlah, yang paling lucu ada juga yang bilang KOMPRESOR… (ya..ya..ya.. yang penting ada ORnya he..he..he..) ditambah lagi dengan logat sunda jadinya tambah lucu.
Mungkin, tidak sedikit peserta yang terjebak dalam kata SURVIVOR ini, sehingga mereka lebih memilih berdiam dari pada bersusah payah mengatakannya walaupun keinginannya itu simple, ingin ke toilet misalnya. Tapi, ternyata ada juga yang berfikir, dari pada bersusah payah mengatakannya, lebih baik langsung menunaikan tugas panggilan alamnya itu, tnapa melapor ke pelatih. Ckckck.. (hayooo siapa itu ??? Ngaku.. ??)
Ada juga yang memeberanikan diri untuk mengatakan prosedur itu meskipun dia juga tidak yakin apa dia akan bisa ??. Ketika pelatih bilang ’ulangi dari awal’ sang peserta malah bilang ‘ulangi dari awal’.. begitu seterusnya, sang peserta hanya mengulangi kata-kata sang pelatih. Setelah beberapa kali seperti itu, alhasil sang pelatih merasa iba juga dan akhirnya mengizinkan sang peserta untuk melakukan hal yang diinginkannya.
Setelah bivak-satu bivak untuk tidur dan satu bivak lagi untuk memasak- siap dihuni, kami pun bersiap2 untuk mendapatkan jatah makan siang.
Pelatih Arif menggunakan peluit sebagai tanda. Bila peluit ditiup pendek-pendek sebanyak 3kali, berarti semua peserta bersiap-siap. 3 menit setelahnya, bila peluit panjang ditiup satu kali berarti Danlas yang dipanggil. Bila peluit ditiup panjang sebanyak 2kali, berarti DanRu alias Komandan Regu yang berkumpul. Dan bila peluit ditiup panjang sebanyak 3kali berarti semua peserta harus berkumpul.
Alhasil, kami jadi saling memperingati diri… peluit apa itu ??? siapa yang dipanggil ?? karena salah menghitung tiupan peluit saja, kami bisa kena konsekuensi.
Pernah satu kali, karena sedikit tegang dan kurang memperhatikan tiupan peluit, semua peserta berkumpul padahal peluit itu hanya memanggil danru, Alhasil para peserta yang menuju tempat kumpul itu harus rela kena konsekuensi masing-masing. Hehehe… saking terlalu semangatnya kali, yaa !!
Kelompok kami, kelompok dua. Menu makan siang saat itu adalah nasi sosis. Khusus untuk mis desy, berhubung ada masalah dengan pencernaannya, mis desy tidak makan nasi, tapi makan bubur instan saja. Dikelompok kami, setiap kali makan selalu disertai salad dan piluss. Rencana awalnya memang beneran salad, walau hanya bermodalkan wortel dan mayones. Tapi setelah difikir-fikir, mayones, kan harus disimpan dilemari pendingin bila penutupnya telah dibuka. Alhasil, teh Lani sebagai bendahara sekaligus yang bertugas untuk berbelanja, berinisiatif mengganti mayones dengan sinti (bagi yang belum tahu sinti, sinti itu bumbu pecel yang dijual di pasar dan bisa langsung dipakai hanya dengan mencairkannya dengan air.) Kelompok kami memang gaya.. makan di tengah hutan dengan salad. Salad khas Indonesia.
Setiap kali istirahat makan, hanya di beri waktu sekitar 1 jam sudah termasuk mencuci peralatan juga.
Sesi shalat berjama’ah di tengah hutan dan gunung menjadi momen tersendiri. Shalat dilakukan secara berjamaah. Sayangnya, aku, yang saat itu kedatangan bulan yang terlalu awal, mba Liana dan Yuni, tidak bisa menikmatinya. Kami hanya duduk dan melihat. Tak lupa ikut berdoa juga.
Siang itu matahari telah melewati tengah hari, tapi rasanya tetap sejuk.
Kami, diminta berkumpul kembali untuk pemberian materi oleh para pelatih dari wanadri.
Ada yang menjelaskan tumbuhan dan hewan apa saja yang bisa dimakan selama berada dihutan. Diantara tanaman yang didisplay, aku suka tanaman ‘Begonia’ selain daunnya lebar dan terdapat bulu-bulu putih disekujur pohonnya, tapi yang dimakan adalah bagian batangnya.
Kalau di sunda ada istilah tanaman cilincing, bentuknya seperti belimbing hanya berukuran kecil-kecil dan berwarna hijau, dan rasanya asem-asem seger. Begitulah rasanya tanaman Begonia.
Yupzz.. rata-rata tanaman bisa langsung dimakan, tapi hati-hati juga, bila ragu, lebih baik direbus saja. Untuk sekedar cari aman. Bahkan para pelatih dari Wanadri berpetuah bahwa mereka tidak menganjurkan sama sekali untuk mengkonsumsi jenis jamur apapun itu. Karena pengalaman, pernah ada yang langsung meninggal beberapa saat setelah memakan jenis jamur tertentu.
Selain itu, para pelatih juga mengajarkan cara menangkap binatang sesuai dengan arah jalan yang biasa dilaluinya. Kita bisa mengetahuinya dari kotorannya, begitu kata pelatih. Setiap perangkap rata-rata menggunakan kayu, daun-daun, bahkan ada yang menggunakan alat seperti pancingan. Kami juga diajarkan cara membuat perapian. Lumayan untuk tambahan ilmu, tapi belum tentu pada prakteknya aku bisa melakukannya.
Alhamdulillahnya, kami hanya diminta mencari sekitar 5 macam tanaman yang bisa dimakan dan bukannya menjerat binatang dengan peralatan alami itu.
Peluit terdengar nyaring. Setiap kelompok terdiri dari Danru dan 2 anggota harus berkumpul sambil membawa tanaman yang telah didapat dihutan untuk ditukar dengan jatah makan malam, serta membawa 3 botol minum untuk diisi air.
Saat itu, Danlas telah berganti menjadi Pa Syamsul..
Anehnya, saat hampir semua peserta telah berkumpul bahkan masih ada yang terburu-buru berlari untuk sampai lapangan, tapi, perwakilan kelompok 4 sama sekali belum terlihat. Ironisnya, Danlas pun tidak terlihat. Waddduuuuhhh..!!! Ada apa dunia..
Finally, setelah Pelatih Arif menghitung sampai minus 20, barulah kelompok 4 dan disusul Danlas hadir di lapangan. Tapi, masih ada yang kurang... Waahh.. kelompok empat benar-benar membuka kotak pandoranya sendiri. Karena selain terlambat datang ke lapangan, mereka tidak ada yang ingat untuk membawa belanjaan tanaman dari hutan. Hmmm yang ada bukannya rasa tegang, tapi peserta lain termasuk aku tidak kuat menahan tawa. Kelompok 3 dan peserta yang terlambat lainnya mendapat konsekuensinya masing-masing. (pelajaran moral: fokus dan konsentrasi)
Danlas yang kurang berekspresi itu menjelaskan keterlambatannya karena sepatu yang menyusahkan. Alhasil, Danlas mendapat konsekuensi terbanyak. Selamat!!!
Sore itu hujan, kami tak lupa memakai raincoat karena kegiatan kami memang banyak dilapangan.
Kami diminta membuat perapian ditengah-tengah hujan, setelahnya juga mempersiapkan makan malam. Sebenarnya bukan malam, tapi makan sore.
Untuk membuat perapian, kami diminta untuk memperhatikan arah angin dan model perapian apa yang akan dipakai. Ada yang berbentuk seperti segitiga, ada juga yang berbentuk seperti piramida. Yang berbentuk seperti piramid inilah yang bisa digunakan juga untuk memasak. kami mengumpulkan banyak ranting, dan juga beberapa batang pohon sebagai penyangga. Membelah batang pohon benar-benar pekerjaan yang melelahkan. Melihat cara memotongku yang salah karena hanya momotong ditempat yang itu-itu saja, salah seorang pelatih mengajari kami bagaimana cara membelah atau memotong batang pohon yang benar, yaitu dengan cara posisi golok yang sedikit miring lalu dari sisi satunya lagi lakukan hal yang sama... sehingga melihatnya aku jadi takjub!! Aku jadi ingin bilang, ‘Pelatih, tolong dong semua batang pohon yang itu di potong juga, ya!! Pelatih baik, dech!!’
Pelatih hanya mencontohkan, pada kenyataannya, lagi-lagi praktek tidaklah semudah teorinya.
Berkat pekerjaan itu, tangan sebelah kananku pegal luar biasa.
Ternyata memang benar kata para pelatih. Digunung itu tidak ada orang yang bisa atau yang tidak bisa, tapi adanya orang yang terlatih dan yang tidak terlatih. Terbukti sudah aku bukan orang yang terlatih, tapi paling tidak, aku mau mencoba (ya ampunnn.. bela diri!!!) Tapi, bila sudah terlatih, apaun juga jadi bisa dilakukan, desou??
Perapian kami awalnya bagus, dirangsang memakai parafin dan minyak tanah. Padahal salah satu pelatih bilang bahwa sebaiknya untuk pemicu, jangan menggunakan lebih dari satu. Kalau mau pakai parafin, ya parafin saja, tidak usah pakai minyak tanah. Tapi dasar.. karena kami juga sudah kesal sendiri,, karena disaat-saat hujan seperti itu, bagaimana api bisa muncul ???
Perapian kami tidak bertahan lama, bahkan rasanya memotong banyak kayu pun rasanya jadi percuma, tapi sudahlah….
Makan sore kelompok kami, nasi sardines plus salad indo tidak lupa.
Seharian bersama orang-orang dikelompok ini membuat sedikit mengatahui kebiasaan mereka.
Alhamdulillah, kami cukup kompak dan kerjasama yang terjalin boleh dibilang baik.
Secara bergiliran kami tugas mencuci peralatan makan atau mengambil air. Aku menikmati saat-saat bersama mereka.
Sore itu, hujan tidak menampakkan diri akan mereda sehingga, kegiatan shalat maghrib dan isya dilakukan di bivak masing-masing. Kami punya waktu sampai jam 7 untuk beristirahat di bivak masing-masing. Diantara kami, sama sekali tidak ada yang mandi, kami tidak mempermasalahkan itu.
Seperti kata bay, ikut camping berarti harus diajar jorok.
Dibivak, shalat dilakukan secara bergantian karena memang keterbatasan bivak. Demi membunuh waktu sampai jam 7, akhirnya kami adakan sesi CurCo alias Curhat Colongan…
Hmmmm… tidak yang muda, tidak yang sudah berkeluarga, kalau sudah mengobrol rasanya asyik-asyik saja. Kami sepakat bahwa acara curhatan ini akan berakhir saat itu juga. Kalau band Armada bertanya, ‘mau dibawa kemana ?; kami akan menjawab, ‘tidak di bawa kemana-mana, cukup sampai disini saja.’
Pukul 7 akhirnya tiba…
Kami semua diminta berkumpul diperapian lapangan karena ada sesi sharing dengan pelatih Husnan.
Ditengah hujan yang rintik-rintik, aku sangat kedinginan, ditambah anemia saat lagi datang bulan, buat aku keleyengan. Hmm… apa itu ya… ?? maksudnya kepalaku pusing sedikit. Yang membuatku tidak tahan adalah kaos kaki yang basah dan masih menempel dikaki sejak tadi siang, aku tidak berani menggantinya, karena kegiatan dilapangan masih akan berlangsung. Dan aku berniat mengganti semua pakaianku yang sudah hampir basah semua sesaat sebelum tidur.
Sesi sharing itu berlangsung sekitar 2 jam, terdapat beberapa pertanyaan dari 6 orang yang bertanya. Ada yang menyinggung masalah kesejahteraan SDM, Ada juga yang menyinggung masalah kedekatan SDM, dan ada pula yang menanyakan bagaimana agar bisa bangkit dari keputus asaan.
Semuanya terjawab, tapi masalah puas atau tidaknya dengan jawaban tersebut, itu dikembalikan lagi ke peserta yang bertanya.
Selama sesi sharing itu, aku terus berdiri sambil tetap memegang senterku. Sesekali menyender ke pundak mba liana yang kebetulan ada disampingku, ketika mba liana tidak disampingku, dan yang menggantikan posisinya adalah yuni, aku pun melakukan hal yang sama. Merangkul tangan tangannya dan menyimpan kepalaku di pundaknya, sampai aku mendengar yuni berteriak kesakitan.
Oh.. aku tidak sadar!!! Aku lupa bahwa tangan kanan yuni sedang di gips. Aku menyamakan tangan yuni seperti tangan mba Liana.
Teriakan Yuni sempat membuat sesi curhatan itu terhenti untuk sejenak. Dan aku tidak henti-hentinya untuk meminta maaf. Jeongmal mianhae....
Sebelum sesi sharing itu berakhir, nampaknya hujan mulai memperlihatkan niat baik dengan memberhentikan cucuran airnya. Segera setelah mendapat aba-aba dari pelatih agar kami harus sudah tidur sebelum jam 10 dan diharapkan adanya sistem jaga malam di setiap bivak, sampai pada akhirnya pelatih akan membangunkan kami untuk shalat malam sekitar jam 3 dini hari.
Setelah mendengar itu,kami segera menuju bivak masing-masing. Tidak sedikit juga yang pergi ke toilet dahulu sebelum akhirnya tidur.
Berbicara soal toilet, di camping ground itu ada 3 spot toilet. Spot toilet pertama, seperti toilet pada umumnya, satu bangunan dengan 3 toilet. Disetiap toilet ada closet yang tidak terawat dan tempat air disampingnya yang berbentuk seperti kubus. Airnya sangat dingin dan langsung mengalir dari mata air. Pintu yang terbuat dari kayu, bahkan toilet yang ditengah hampir tidak bisa ditutup. Rata-rata pintu ditutup dengan menggunakan semacam tali yang di ikat di belakang pintu dan di putar-putar ke kusen satunya agar pintu tertutup.
Toilet itu sudah memakan korban. Yang dimaksud korban bukanlah seperti apa yang di bayangkan, tapi saking kuatnya air yang mengalir, pencuci mukaku sampai hanyut dan tidak sempat untuk diselamatkan. Ketika pencuci mukaku hanyut, aku hanya bisa bilang ‘Dadaaahhh…’
Ternyata bukan hanya aku saja yang mengalami nasib itu, menurut cerita yang aku dengar dari pelatih Rina, pasta gigi Pelatih Ria juga ikut hanyut. Hmmm…
Mentang-mentang tidak ada kotak pembayarannya, jadi seperti inikah cara menebus jasanya ??
Toilet yang lain tidak lebih baik, karena hanya disekat dengan terpal biru, bahkan alasnya hanya menggunakan rangkaian bambu. Tidak ada closet dan tidak ada tempat air. Airnya langsung mengalir ke lantai begitu saja, dibawahnya seperti sungai kecil sebagai muara pembuangannya.
Toilet yang satu lagi, bahkan tidak bisa dibilang toilet. Itu seperti tempat bersembunyi, karena hanya ada 2 ruang yang disekat dengan terpal biru dan didalamnya sama sekali tidak ada air. Hmmm…..
Sedikitpun, aku tidak ada niat untuk mandi sama sekali.
Setelah kami kembali ke bivak masing-masing, kami segera berganti baju. Karena bivak kami sedikit basah terkena cipratan air hujan, raincoat, kami jadikan tambahan penutup flysheet. Aku mengganti baju, kerudung dan kaos kaki. Tak lupa memakai syal dan sarung tangan, berbalut jaket, akhirnya aku bisa tidur tenang didalam sleeping bed. Hmmm rasanya nyaman.
Sesuai permintaanku, aku tidak mau tidur di pinggir tenda. Aku akhirnya tidur ditengah-tengah. Disebelah kananku ada Bu Evi dan mis Desy, disebelah kiriku ada Bu Sutin dan Teh Lani, kami tidak ada kesepakatan untuk bergantian berjaga, toh ketika ada pelatih yang berkeliling, kami terbangun. Akhirnya mengobrol. Tidur lagi, ngobrol lagi. Begitulah...
Sampai tiba waktunya jam 3 kurang, terdengar peluit ditiup pendek-pendek 3x, tanda kami harus bersiap-siap.. karena kami selalu waspada, begitu mendengar peluit, kami langsung bergegas bangun dan menyiapkan senter dan sendal untuk langsung menuju kelapangan.
Tapi rupanya aku kehilangan sandal. Aku panik karena sandalku tidak ada, kami di buru-buru waktu dan yang membuat malas adalah memakai sepatu yang basah itu. Aku tidak mau. Tapi ternyata, sandalku tidak hilang, melainkan ada yang salah pakai. Dikarenakan ketika keluar tenda sangat gelap jadi ada yang salah pakai. Oh, syukurlah.. alhasil, aku memakai sandalnya.
Pelatih Yasir sudah setengah berteriak, tapi orang-orang belum kumpul semua. Bahkan beberapa tidak memakai syal dan name tag yang seharusnya dipakai kemana saja selama OMT itu.
Mungkin saat itu yang terfikirkan adalah bagaimana caranya segera sampai lapangan.
Bahkan, dikelompok akhwat 1, ada yang kehilangan rok?? Lho?? Ko bisaaa...
Mungkin saja tercampur barang-barang lain. Ketika dalam keadaan yang terburu-buru, fikiran jernih sulit keluar, bukan??!!
Kami langsung membuat barisan seperti biasa. Rasa tegang, mengalahkan rasa ngantuk yang ada.
Lagi-lagi Danlas terlambat...
Pelatih langsung memberikan konsekuensi bagi yang terlambat.
Dan saat itu, terjadi perdebatan yang cukup ironis. Karena ada yang tidak tidak bisa menerima konsekuensi itu. Di situ terlihat kekurang kompakkan dalam kelompok. Satu orang merasa tidak dibangunkan, dan yang lain merasa kalau sudah membangunkan setiap anggota. Aku sendiri tidak tahu mana yang benar, karena aku bukan kelompok mereka. (Pelajaran moral: Respect n Trust)
Akhirnya, Pelatih Arif memberikan wejangannya. Ini bukan masalah siapa yang salah, tapi sigap tidaknya ketika mendengar tanda yang di berikan oleh pelatih.
Alhasil, kelompok itu mendapat konsekuensi, peserta lain yang terlambat juga mendapatkan konsekuensi dan Danlas, yang terlambat karena membantu peserta yang hampir tersesat dihutan pun, juga mendapat konsekuensi.
Ada satu kelompok lagi yang mendapatkan konsekuensi, karena tidak mengindahkan kata-kata pelatih agar selalu ada yang berjaga di dalam tenda demi keamanan. Mereka adalah kelompok 5, yang sempat terekam oleh pelatih... bablas... dijam-jam terakhir sama sekali tidak ada yang berjaga. Dengan berat hati, pelatih itu mengambil sandal salah satu peserta kelompok itu secara acak, dan baru ketahuan bahwa sandal itu milik Pa Ustad wahid.
Konsekuensi itu tidak dilakukan dini hari itu juga, tapi akan dilakukan saat lari pagi hari nantinya.
Setelah menunaikan shalat malam, shalat tasbih dan shalat subuh, kami diberi sedikit waktu untuk menghangatkan diri dan bersiap-siap untuk acara lari pagi.
Lari pagi itu, di pimpin langsung oleh pelatih Eka. Danlas ketiga pun telah dipilih, yaitu Pa Heri yang berbadan paling besar.
Kami akan jogging mengitari camping ground, melewati air terjun ngumpet (air terjun apaan itu??) sebagai pemanasan untuk pendakian yang akan dilakukan pagi ini setelah sarapan dan beres-beres nanti.
Oia, sebelum jogging, kami di haruskan membawa matras dan sleeping bed masing-masing. Awalnya kufikir, kami akan jogging sambil membawa kedua benda tersebut. Ternyata, matras dan sleeping bed itu akan di kembalikan sesaat sebelum jogging. Karena kami juga sudah bisa datang ke lapangan tanpa di beri aba-aba, pelatih Arif member bonus, memotong 1 seri konsekuensi setiap peserta. Jadi yang tidak punya konsekuensi, punya debet dech!!
Selama jogging pun yang ada malah ketawa-ketawa. Demi menyemangati diri, pelatih Eka meminta kami untuk bernyanyi.
Ada yang menyahut dari belakang bahwa katanya Danlas adalah guru Tk, jadi pasti bisa bernyanyi. Padahal, kata-kata itu hanya ledekan teman-teman ikhwan saja.
Ketika akhirnya Danlas menyerah dan bilang tidak bisa bernyanyi, peserta ikhwan berteriak lari pagi, tiap hari, badan sehat, kuat sekali…
Mendengar semangat itu, Danlas pun mulai mengeluarkan suaranya.
Awalnya aku kira Danlas bakal bernyanyi hal yang sama..
Ternyata yang keluar adalah..
‘Lariii…lari…lariiii…lariiiii’ (gunakan nada ole ole seperti supporter bola, ya!!)
Kami lelah…
Bukan lelah karena cape jogging, tapi lelah karena banyak tertawa..
Danlas selalu memimpin jogging di depan sementar Pelatih Eka, hillir mudik kedepan dan kebelakang barisan.
Karena terlihat joggingnya pelan-pelan, Pa Wahyu yang memegang penuh keamanan di sekolah, sekaligus, senior dari Pa Heri, keluar barisan untuk mengingatkan Pa Heri dengan wajah sangarnya.
Aku sudah sedikit khawatir, kalau-kalau bakal ada pertumpahan darah antara sesama security (lebay.com). Melihat, Survivor Wahyu keluar barisan dan meneriakinya, Danlas Heri pun mengingatkan Suvrvivor Wahyu untuk kembali ke barisan dengan wajah tidak terlalu beda sangarnya. Tapi tetap saja Wajah sangar Pa Wahyu tidak ada duanya.
Baru kali ini juga aku melihat kegagahan Pa Wahyu tumbang.. dengan sedikit senyum, Survivor Wahyu pun kembali kebarisan.
Hmmm… Danlas Heri patut mensyukuri posisi dia saat itu, karena kapan lagi bisa memerintah kepada senior hehehe… Pis Ah.. \(^_^)v
Jogging pun selesai kurang lebih 30menit.
Setelah itu kami harus bersiap-siap untuk sarapan sampai pukul 7.30.
Sarapan itu, kami nikmati di tenda. Nasi kornet. Bu Evi bilang, karena kami akan melakukan perjalanan yang berkilo-kilo, jadi kami harus mendapat asupan protein tinggi.
Peluit berbunyi lagi, tanda Danru harus berkumpul.
Kali ini, Danru meminta kami agar menyiapkan barang-barang dan merapikan bivak.
Karena sebentar lagi perjalanan panjang itu akan dimulai.
Kami mulai sibuk merapikan barang masing-masing, merapikan tenda, mengumpulkan sampah dan menghancurkan bivak dapur yang telah kami buat dengan susah payah..
Pohon Honje itu akhirnya tumbang juga, daun Pakis dan daun Honje itu akhirnya tergeletak begitu saja.
Semua berbaris di lapangan.
Akhwat yang merasa barang-barangnya terlalu menyusahkan dan akan memberatkan ketika di perjalan nanti, lebih memilih untuk dititipkan. Karena ternyata pelatih Ria tidak ikut mendaki.
Dengan setengah beban yang sudah di kurangi, tas itu masih terasa berat.
Gawatnya lagi, aku dan mba Liana mulai terasa sakit perut, penyakit bawaan wanita yang sedang datang bulan.
Tak henti-hentinya aku sugestikan diri, kalau aku pasti bisa... kalau aku tidak boleh sakit...
Walaupun pada akhirnya selama perjalanan, beberapa kali aku mengaduh, menahan rasa sakit. Pelatih Mama berada di belakangku dan beberapa kali mengingatkan agar aku menarik nafas panjang.
Ketika kulakukan saran itu, rasanya seperti ibu-ibu yang akan melahirkan..
Yaa walaupun aku belum pernah melahirkan, tapi kira-kira begitulah situasinya...
Tepat pukul 8.30 kami memulai perjalanan kami. Dengan membaca bismillah dan tekad kuat bahwa kami pasti akan sampai sana dan bisa kembali dengan selamat.
Menurutku, wajar saja kalau aku berfikiran seperti ini, secara aku yang penakut ini untuk pertama kalinya akan mendaki Kawah Ratu.
Ada kata-kata bagus sebelum kami berangkat, tertulis jelas denganhuruf yang besar bahwa:
‘ KALIAN BISA MENDAKI KAWAH RATU, TAPI KALIAN TIDAK AKAN PERNAH BISA MENAKLUKANNYA‘
Kira-kira begitulah tulisannya. Mungkin ini semacam peringatan agar kami tetap harus waspada dan tidak boleh memperlakukan alam dengan sebarangan dan kasar.
YOSH!!!
Kawah Ratu, here we come....!!!
Awal perjalanan masih belum seberapa. Aku masih bisa bertahan. Jalan berbatu, beberapa berlumpur dan melewati sungai yang airnya amat sangat jernih sekali... (saking jernihnya jadi pemborosan kata)
Jalanan terjal dan menanjak, sekeliling pandangan hanya pepohonan dan kadang sungai.
Patok berwarna hijau satu persatu menghitng mundur dari angka 90.
Sepanjang perjalanan itu pula, kami bernyanyi untuk menyemangati diri. Namun sayangnya..
Rasa sakit di perutku semakin menjadi. Kami beberapa kali istirahat sebentar untuk sekedar minum.
Aku menemukan batang kayu untuk membantuku berjalan. Berkat batang kayu itu, perjalananku jadi sedikit lebih mudah. Yang lain pun terlihat ada yang membawa tongkat. Dan yang terlihat kelelahan ternyata bukan hanya aku saja, yang lain juga sama.
Seandainya aku tidak sakit perut, tentu aku akan lebih menikmati perjalanan itu.
Ketika mendaki tanjakan yang cukup terjal dengan medan yang cukup berat, beberapa kali aku terjatuh, sampai akhirnya tongkatku patah. Akhirnya Pelatih Mama memberikan tongkatnya untukku. Thx ya Ma..
Setelah aku benar-benar tidak kuat dengan rasa sakit itu, palatih Rina membaluri punggungku dengan minyak kayu putih. Tidak hanya disitu saja, Pelatih Mama juga memberikan aromathephy.. sehingga rasanya perut dan punggunggku terbakar, panas... Yaa Panas tapi entah kenapa rasa sakit di perutku sedikit menghilang.
Kawah Ratu segera didepan mata.
Ketika kami akan memasuki halaman sang Ratu, pelatih meminta kami untuk mengambil air minum dari sungai yang mengalir di sekitar kami. Karena itu adalah mata air terakhir yang akan kami temui sebelum akhirnya nanti kami akan menemukan sungai yang sudah tercampur belerang.
Subhanallah...
Air di sungai itu sungguh segar..
Selain jernih, airnya juga tidak berbau..
Ketika air dimasukkan kedalam botol, kontan isi botol itu seperti air yang baru keluar dari lemari pendingin.
Kebayang, segarnya bagaimana???
Dari situ, gerimis sudah mulai menampakkan diri, kami bersiap-siap menggunakan raincoat dan masker karena bau belerang sudah sedikit tercium. Kain yang dibasahi air juga bisa di gunakan sebagai penutup mulut dan hidung ketika melewati lereng kawah nanti.
Di depan mata...
Kawah Ratu sudah di depan mata..
Bau belerang sangat menyengat hidung..
Sejauh mata memandang adalah seperti bongkahan-bongkahan es..
Terlihat juga kepulan asap yang bergulung-gulung..
Sangat berbahaya apalagi saat hujan, asap bisa beracun.
Itu sebabnya kami tidak boleh berlama-lama disana dan harus segera melintasinya.
Berbeda dengan kawah putih, yang seperti danau dan indah..
Kawah Ratu terlihat sangar tapi dibalut asap yang putih dan indah..
Sehingga ketika kami berada di suatu puncaknya berfoto,
hasilnya seperti di sebuah gunung es...
Yaa, gunung Fuji lah...
Dalam hujan itu juga, kami berpasasan dengan beberapa orang yang tengah menuju gunung bunder sepertinya. Kalau kami dari Gunung Bunder menuju Kawah Ratu, sepertinya mereka sebaliknya.
Setelah setengah perjalan itu, akhirnya kami sampai di tempat peristirahatan juga.
Masih dengan suasana hujan rintik-rintik, kami diharuskan makan siang sampai sekitar jam 1.
Karena hujan tidak kunjung berhenti, maka shalatpun diakhirkan ke ashar.
Baru pertama kali itu juga aku makan siang diguyur hujan. Tapi entah kenapa rasanya tetap enak. Mungkin karena rasa lelah dan kebersamaan yang membuat makan jadi enak. Karena, resep makanan enak adalah, makanalah disaat lapar, apapun akan terasa enak.
Kami saling berbagi makanan dengan kelompok lain yang tidak bisa memasak dalam situasi seperti itu.
Kelompok kami, sudah bisa memprediksi kemungkinan terburuk yang akan tiba. Sehingga ketika sarapan tadi, kami sempat memasak nasi sekali lagi dan berhubung lauk untuk makan siang sudah siap saji, jadi ketika makan siang tiba nanti, kami tinggal makan saja.
Setelah makan-makan, kami tidak lupa mengabadikan momen itu bersama-sama. Sebelum pada akhirnya kami harus mengucapkan selamat tinggal Kawah Ratu...
Sebelum kami melanjutkan perjalanan pulang, kami berfoto perkelompok, bahkan para pelatihpun tidak lupa di foto juga.
Tapi, ada masalah..
Salah satu anggota kelompok 1 ada yang kakinya keram atau semacamnya lah..
Akhirnya setelah para pelatih berdiskusi, kelompok 1 akan jalan di rombongan terakhir di temani pelatih Irna, pelatih Kharis dan Pelatih Agus atau Pelatih dadan yaa... aku lupa..
Jadi, urutan jalan di mulai dari kelompok 2, kelompok 3, kelompok 4, kelompok 5, kelompok 6 dan terakhir kelompok 1.
Pelatih Mama, Pelatih Rina dan Pelatih Eka berada diantara kelompok 2 dan kelompok 3.
Rasa sakit di perutku hilang TOTAL...
Akhirnya, aku bisa menikmati setengah perjalanan ini.
Medan kali ini akan lebih berat, karena selain berlumpur, banyak pacet juga, dan diakhir-akhir perjalanan terdapat jurang. Lengah dan terpeleset sedikit saja bisa berakibat fatal. Innalillahi dech...
Sepanjang perjalanan, Aku di temani Pelatih Rina..
Kami pun memanfaatkan saat-saat itu untuk sekedar mengenang masa kejayaan kami dulu ketika bersama..
Kami menyanyikan lagu-lagu penyemangat, ada yang berbahasa korea, Jepang, Cina, India sampai Nasyid.
Pelatih mama bahkan sampai request lagu Onara Taisou beberapa kali.
Kalau teh Lani, request lagu I Think I Love You, Ost Full House..
Kangen rasanya berduet bersama Bee, eh.. pelatih Rina, deng!!
Maklumlah, 4 tahun kami bersama, segala kabaikan dan kejelekan kami masing-masing, sudah saling tahu.
Pa Ade juga tidak mau kalah, aku request lagu nasyid Edkustik, tapi aku sendiri tidak tahu lagu apa yang Pa Ade nyanyikan. Alhasil Pa Ade menyanyikan lagu Bujang Lapuk dengan nada kopi dangdut.. membuat peserta tertawa dan bersemangat!!
Seru sekali perjalanan itu..
Aku sangat..sangat.. menikmatinya...
Ketika tak terasa, patok-patok hijau sudah mulai hitung mundur, 10..9..8..7..6..5.. kami semakin tambah bersemangat..4..3.. rasanya tidak sabar melihat jalan raya..2...1..
YATTAAAA....!!!
Yoku Dekimashita!!
Akhirnya, kami bisa juga!!
Luapan kebahagian begitu tercurah di wajah kami..
Rasanya ingin menangis, tapi sepertinya itu terlalu berlebihan..
Kurang lebih jam 3 kelima kelompok telah sampai Cidahu, sukabumi.
Kami segera melepaskan sepatu dan kaoskaki, dan melihat-liat, khawatir ada pacet yang ikut menempel.
Alhamdulillah, tak ada pacet yang naksir sama aku.
Pelatih bee bahkan ditaksir 4 pacet di rok dan kaos kakinya..
Mis desy juga tertempel pacet di kakinya..
Ihhhh… !!tidak terbayang jika pacet itu menempel di kakiku, aku pasti sudah menjerit-jerit ketakutan.
Kami membersihkan kaki sebentar di sungai yang ada di sekitar pintu masuk itu.
Dan aku akan bersiap-siap untuk mengucapkan selamat tinggal untuk sepatu dan kaos kakiku yang telah menemaniku dalam perjalan yang luar biasa itu. Tidak hanya aku, beberapa peserta juga melakukan hal yang sama karena sepatunya jebol dan sudah tidak bisa diharapkan lagi.
Untunglah aku masih bawa sandal jepit. Aku pun tidak sabar untuk segera ganti baju. Karena rasanya sudah lengket dimana-mana, secara tidak mandi juga.
Setelah berganti baju, kami bisa beristirahat sebentar, sementara yang lain menunaikan shalat, kelompok 1 akhirnya sampai juga beberapa menit setelah kami bersih-bersih di sungai.
Sambil menunggu mobil satpol pp datang dan sebelum upacara penutupan akan dimulai, kami menikmati suasana dan sedikit mengobrol dengan yang lain.
Setelah semua berganti baju dan mobil satpol pp pun telah datang,
tepat di depan sebuah warung, kami melakukan upacara penutupan seadanya.
Haru dan bahagia bercampur jadi satu.
Akhirnya kami, ke 29 SURVIVOR telah berhasil melaksanakan OMT2 ini...
Dan perjalanan yang sesungguhnya, barulah akan di mulai.
Apa yang telah kami pelajari selama OMT, akankah kami terapkan di kehidupan ini??
Itulah PR kami...
Karena sesungguhnya, setelah ini tentunya kami ingin menjadi manusia yang lebih baik lagi.
Yang bisa fokus terhadap apa yang kami kerjakan, selalu sigap dan siaga kapanpun dan tidak membuang-buang waktu, bisa saling menghargai dan mempervayi satu sama lain serta selalu jujur di setiap perkataan.
Akhirnya, para pelatih menyalami kami ke 29 SURVIVOR dengan rasa senang dan senyum terkembang.
Akhir yang baik, bukan!!
Aku sungguh MENYESAL...
Aku benar-benar akan sangat MENYESAL seandainya aku tidak mengikuti OMT ini..
Aku sangat berterima kasih, karena masih bisa merasakan kesempatan yang indah dan takkan terlupakan ini.
Semoga OMT ini juga menjadi ajang untuk selalu mensyukuri nikmat ALLAH yang tak terhingga.
Kalau dulu, ketika Pra OMT, aku pernah mengatakan kepada managerku kalau sepertinya keliru memasukkan aku di OMT2, tapi aku tarik kembali kata-kata itu.
Aku sangat menyukai OMT2..
What a Luvly OMT2..
Aku menantikan OMT berikutnya…
Akan seperti apakah nantinya…??!!
Semoga aku masih punya kesempatan untuk menikmati OMT bserikutnya!!
OMT…!!! DAHSYAaaaattttt…!!!!
About Me
Total Pageviews
Pages
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar: